Sand without you is no more beaches than am I without sea

Sabtu kemarin, akhirnya kami memutuskan tetap untuk melanjutkan rencana awal biarpun terik matahari nampaknya tak muncul memenuhi harap setelah selama dua hari sebelumnya Jogja dilanda panas.

Tak ada yang spesial, aku dengan sisa bangku kosong di motorku dan sepupuku bersama pacarnya mengendarai duo matic ke puncak gunung kidul. Sesampainya di daerah Wonosari, hujan lebat mengguyur kami yang dengan cekatannya kami segera berhenti dan mengenakan jas hujan. Ah jadi teringat, ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan (cukup) jauh dengan jas hujan jenis baju dan celana, mengingat sebelum-sebelumnya jenis yang kukenakan adalah model Batman. Tapi, bukan itu intinya, dulu aku tidak sendiri, jadi jas batman itu sangat kubutuhkan. Tak sama lagi dengan yang sekarang, jas itu sudah tak gunakan lagi.

Kembali ke perjalanan, beberapa kali kutanya sepupuku apakah kita masih akan melanjutkan perjalanan, dan jawabannya masih sama, "tanggung sudah sampai sejauh ini".

Singkat cerita, kami pun sampai di pantai dengan cuaca yang masih hujan gerimis namun dengan kepadatan hujan yang tinggi disertai awan yang masih gelap. Tempat ini, mengingatkanku lagi dengan masa-masa itu, meskipun bukan tempat favoritmu, karena pantai yang kami tuju ke arah barat. Biarpun begitu, kita dulu pernah singgah di sini juga.



Alhasil karena masih hujan, dan jam menunjukkan pukul 14.30 (perjalanan yang cukup lama, karena seingatku kami berangkat pukul 11.30), kami memilih berteduh dan meneguk minuman panas untuk menghangatkan tubuh. Di samping itu, mengingat saat itu hari Sabtu, terdapat cukup banyak pengunjung yang ada di sana. Sebagian dari mereka duduk-duduk di motor, di warung, di gubuk-gubuk yang ada di dekat pantai dengan wajah kecewa mungkin karena hari itu seharusnya jadi hari yang menyenangkan bagi mereka, tapi sayang hujan masih juga belum reda yang menghambat mereka tuk bermain air.

Dari warung yang kami singgahi, nampak banyak orang yang tetap mandi dan mainan air di pantai, ada juga yang bermain pasir. Setelah aku merasa cukup hangat, langsung saja kuajak sepupuku bermain air. Ternyata tidak seburuk yang terlihat, biarpun masih hujan gerimis, hal itu tidak mengurangi sedikitpun keelokan pantai gunung kidul. Setelah main di pantai sekitar 40menit, kami memutuskan untuk cari makan siang, sebenarnya perut kami memang sudah lapar sejak perjalanan jauh disertai hujan tadi.

Di sinilah cerita spoof nya. Kami memilih warung yang menyediakan nasi. Di sana sudah terlihat beberapa pengunjung yang makan secara prasmanan. Aku berlalu duluan, diikuti pacar sepupuku, nampaknya sepupuku yang bertugas menjaga barang bawaan kami selama yang lain mengambil makan di meja prasmanan. Dengan segeranya kuambil piring, mengambil nasi, dan kulihat ada ayam goreng yang lumayan banyak. Alhamdulillah, dalam hati kubersyukur ada makanan yang sangat ingin kunikmati setelah berendam di pantai dengan kondisi kedinginan. Baru selesai mengambil sayur, seorang ibu-ibu tiba-tiba nyeletus kepada yang jaga, "Loh mbak-mbak, dia ini (sambil menunjuk ke arahku) bukan rombongan kami loh". Whaaaat?
Mbak pemilik warung pun melirikku, lalu kujawab, "Waduh terus ini gimana nasinya? Sudah terlanjur ambil". Alhamdulillah (lagi) ada bapak-bapak yang sepertinya rombongan mereka melakukan Face saving act (jadi ingat tugas linguistikku belum selesai -_-) dengan mengatakan, "Sudah-sudah ngga papa, ngga papa". Selanjutnya, ibu pemilik warung tadi mengajakku ke dapur, dan menunjukkan lauk yang tersisa. Yah hanya tersisa ikan, tapi tak apalah, daripada aku menanggung malu... huffftt..

Kulihat pacar sepupuku yang tadinya juga hendak ambil nasi, sudah duduk di samping sepupuku. Mereka tertawa melihatku yang konyol banget. Ah, mana aku tahu kalau hidangan itu merupakan pesanan suatu rombongan keluarga? Setelah kutanya, sepupuku beserta pacarnya akhirnya memesan nasi goreng. Sedang aku? Sudah selesai makan ketika pesanan mereka belum lama tiba, dan saat itu, dari kelompok rombongan tadi, kudengar ibu-ibu mengatakan, "Wah, makanannya pas, tidak lebih tidak kurang." Karena masih mengingat logatnya, sepertina itu adalah ibu-ibu yang tadi nyeletus dengan sengata mengucapkan hal itu untuk menyindirku yang mengambil 'jatah' nasih mereka. Asem banget. Aku juga nanti bakal bayar bu, tenang saja. -_-.. Setelah itu, aku pun minta ijin untuk mandi dan sholat duluan.

Singkat cerita. Kami melakukan perjalanan pulang dari pantai sekitar pukul 16.30. Oh iya, saat itu sudah tidak hujan lagi. Oleh karenanya aku sempat mengambil gambar pantai di atas (kuambil di warung tempat kami makan).

Di perjalanan pulang. Karena jalanan cukup padat, mengingat hari Sabtu merupakan hari yang biasanya dihabiskan untuk berlibur, kami hanya bisa melaju dengan kecepatan maksimal 30KM/jam. Cukup pelan. Bahkan terlalu pelan sehingga mengingatkanku dan membangkitkan cuplikan-cuplikan masa lampau tentang perjalanan pulangku dulu bersamamu. Setiap sisi jalannya kuperhatikan, pepohonannya, belokannya, sawahnya, pemandangan bukitnya, semuanya masih sama dengan yang kala itu. Bagaimana mungkin tidak, aku berusaha mengalihkan pikiranku ke hal-hal lain. Perasaan ini terasa sangat hambar, namun semua memori itu dengan jelasnya tergambar. Akupun kalah, tak bisa mengalihkan pikiranku ke hal lain dan tak bisa pula kumenafikan bahwa aku masih mengingat semuanya pada perjalanan pulang ini. Karena hal ini menggangguku, aku jadi memikirkan suatu ungkapan yang berbunyi, Sand without you is no more beaches than am I without sea atau mungkin ungkapan yang lebih tepat adalah Sand without sea is no more beaches than am I without you.
Oh iya, hampir lupa. Kala itu aku memutuskan untuk mengambil rute yang sedikit berbeda hingga akhirnya mengantarkan kami ke arah pantai-pantai yang lain seperti kukup, Baron, Sepanjang, Kerakal dll, yang nampaknya cukup indah juga (bagiku). Tapi aku yakin, favoritmu pasti takkan tergantikan. Hal itu yang menjadi dasar bahwa aku takkan mungkin mengajak teman-teman atau saudaraku ke pantaimu karena pasti rasanya akan sangat berbeda. Selain itu, aku pasti takkan henti-hentinya mengingat semuanya lagi.

Dan sudah kuputuskan, piknik Sabtu kemarin adalah piknik terakhirku. Aku akan fokus ke kuliahku dan Inshaallah karirku untuk bisa menyegerakan ucapan yang dulu sudah sering keluar dari mulutku yang terikat dengan suatu hukum, atau orang menyebutnya dengan kata 'janji'.

Category:

0 komentar :

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak maka anda akan disegani dan dihormati. Terimakasih sudah menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

Diberdayakan oleh Blogger.