Duh.. di saat orang-orang mulai meramaikan klausa yang dikenalkan lewat meme online yang berupa
"Di situ kadang saya merasa sedih" yang saya sangat yakin sebentar lagi akan dijadikan lirik/judul lagu dangdut seperti jargon-jargon/klausa populer sebelumnya e.g. Aku rapopo -- jadi lagu dangdut, Sakitnya tuh di sini -- berakhir juga jadi lirik lagu sekaligus judulnya, saya merasa "di dalam sini saya merasa semuanya pudar".

Setelah kita memutuskan untuk menanggapi suatu kenyataan, entah itu mengerjakan, meneruskan, menyelesaikan atau menghentikan, dalam kurun waktu dekat, perasaan-perasaan akan keputusan tersebut masih melekat juga.

Yang jadi pertanyaannya, bagaimana jika kita sudah melalui waktu yang lama? Akankah hal tersebut masih mengusik? atau sudah menjadi barang biasa yang dimaklumi dengan perasaan inilah kenyataan yang ada? atau malah lebih menjadi-jadi dan mengusik dari yang sebelumnya?

Jawabannya ada... di ujung langit (Dragon Ball Z OST)

Tidak ada jawaban yang pasti. Manusia dengan segala kemampuannya, ketidakmampuannya, perasaan, indera, dan segala yang ada sangatlah terbatas, dan masing-masing memiliki uniqueness yang berbeda satu dengan yang lain. Tak mungkin kita memukul rata hanya dengan memberikan satu kasus atau dua sebagai variabel terikatnya. Masing-masing manusia itulah salah satu variabel terikatnya yang nantipun bisa digali lagi variabel-variable yang lain. dengan demikian, tak mungkin satu manusia mampu memahami manusia yang lain hanya dengan menyodorkan satu perkara yang umumnya disikapi oleh manusia umum tanpa mempertimbangkan manusia yang kita kaji itu sendiri.


"Tak mungkin seorang aku memahami kamu dengan segala kompleksitas yang ada pada dirimu."

Tak mungkin seorang aku memahami kamu dengan segala kompleksitas yang ada pada dirimu hanya dengan menganggapmu sebagai satu manusia dari manusia pada umumnya. Perlu pengkajian lebih jauh untuk bisa menyatakan "Aku memahamimu".